Minggu, 16 Agustus 2009

Kejeniusan Al Ghazali (yang) Luar Biasa

Kejeniusan Al Ghazali (yang) Luar Biasa

Malam Jum’at seperti biasanya ba’da maghrib para santri dan asatidz mengaji kitab Mukhtasor Ihya’ Ulumudin ke Kiai. Materi pada malam itu tentang “Pengaruh mendengarkan (suara) terhadap hati”. Sebelum Kiai memberikan penjelasan dan komentar, terlebih dahulu asatidz membaca materinya secara bergantian. Tertulis dalam kitab itu bahwa mendengarkan suara mempunyai pengaruh yang kuat dan aneh terhadap hati. Dengan mendengar, seseorang kadang kala bersedih, bergembira, menangis, dan kadang tertawa. Dan pada akhirnya menyebabkan gerakan-gerakan yang aneh dan menakjubkan pada anggota tubuh. Dikatakan aneh karena pengaruh mendengar itu bukan disebabkan karena memahami arti apa yang didengar. Bahkan menurut Imam Ghazali, pengaruh mendengar itu juga terjadi sekalipun tidak dapat memahami. Hal ini dapat disaksikan pada hewan yang tidak berakal dan juga bayi yang belum bisa bicara dan memahami.

Setelah materi tersampaikan, Kiai menambahkan penjelasan, lalu sedikit mengomentari tentang kejeniusan Imam Ghazali, Beliau berkata : “Imam Ghazali itu luar biasa. Beliau dengan keilmuan yang dimiliki dapat melakukan penelitian mengenai pengaruh mendengar ini dengan detailnya. Beliau hanya berpedoman kepada Al Quran dan As Sunnah. Padahal pada zaman beliau teknologi belum secanggih seperti sekarang. Berbeda dengan zaman sekarang, penelitian yang ada banyak dilakukan dengan didasarkan pada kemajuan teknologi saja tanpa merujuk pada Al Quran dan As Sunah”.

Di saat komentar itu meluncur dari Kiai, saya langsung teringat pada satu buletin yang saya baca. Ya..sore hari saya menemukan buletin KHAZANAH SANTRI terbitan PP. Putra Al Islah Langgar Genteng Singosari di kamar guru. Judulnya “Kritisisme; Belajar dari Filosof”. Waktu saya melihat penulisnya, saya sepertinya mengenal nama tersebut. Lalu saya membaca sampai selesai, dan saya lihat keterangan di akhir tulisan, ternyata betul dugaan saya. Di sana tertulis bahwa penulisnya adalah “Pegiat LAKPESDAM dan Ghazalian Center sekaligus alumni dari PIQ serta MA Almaarif Singosari Malang, sekarang penulis tercatat sebagai penerima beasiswa Al Azhar Cairo Mesir”. Tak terbendung lisan saya terucap kalimat Astaghfirullah.....Timbul pertanyaan, benarkah itu semua? Penulisnya? Isinya? Semoga salah dugaannya saya.

Inti dari tulisan itu adalah bahwa doktrin agama harus dikritisi. Tidak statis pada satu masa, misalnya ulama-ulama terdahulu. Kita bebas berpendapat tanpa takut akan hegemoni ideologi apapun termasuk agama, dan sekalipun bertentangan dengan pendapat-pendapat ulama-ulama terdahulu. Karena belum tentu mereka benar. Penulis mencontohkan para filosof Islam yang dia anggap sebagai pendobrak pemikiran Islam, seperti Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, Muhammad Abduh, dll. Dia tidak menyebutkan Al Ghazali. Bahkan dari kebahasaan yang dia pakai menunjukkan ketidaksetujuan terhadap Al Ghazali. Dia mengomentari dan menyikapi Imam Ghazali menggunakan bahasa yang “tidak sopan” berbanding terbalik ketika dia menyikapi yang lainnya. Sekalipun hanya sebatas kebahasaan, namun dari bahasa itu bisa diketahui alur pemikirannya. Contohnya, dia menulis: Al Ghazali sebagai agamawan-filosof-sufistik cukup “kebakaran jenggot” dengan “ulah” kedua filosof di atas. (Yang dimaksud kedua filosof, yaitu Al Farabi dan Ibnu Sina). Atau pada kalimat Tak terima dengan ulah “kurang ajar” Al Ghazali terhadap filosof, Ibnu Rusydi pun mengkounter Al Ghazali. Bandingkan dengan kalimat lainnya, misalnya yang berbunyi Di abad-19 muncul pemikir brilian Mesir, Muhammad Abduh.

Saya menilai –maaf, ini menurut batas kedangkalan keilmuan saya– bahwa isi tersebut tidak menunjukkan akan akhlak seorang santri yang motabene mengedepankan rasa ta’dhim, sam’an wa tho’atan, dan i’tiqod. Coba kita lihat bahasa “kebakaran jenggot” dan “kurang ajar”! Begitukah akhlak seorang santri? Kenapa cara mengomentari Al Ghazali berbeda antara Kiai dan muridnya (walaupun sebatas kebahasaan)?

Saya sampai heran, apakah komentar Kiai tadi merupakan jawaban atas kegundahan saya setelah membaca buletin tersebut? Sebegitu kuatkah ta’alluq seorang Guru dengan muridnya (baca: santri)? Saya tidak menyebut alumni, karena bagi Kiai tidak ada namanya alumni, yang ada santri. Tapi mengapa sebagian kita ketika menjadi “alumni” berubah pemikirannya 180 derajat dibanding ketika menjadi “santri”. Padahal Kiai menganggap kita santri bukan alumni. Saya belum bisa mengambil kesimpulan. Saya takut salah. Tapia pa yang diutarakan Kiai sudah cukup menjadi prinsip bagi saya dalam menyikapi ulama. Ya...Wallahu a’lam bis showaab.

ELMA

Singosari, 15 Agustus 2009





Rabu, 29 Juli 2009

MARI BELAJAR BERSAMA MENDALAMI PUBLIC SPEAKING SKILL

MARI BELAJAR BERSAMA MENDALAMI PUBLIC SPEAKING SKILL

(Disalain dari :http://milis-bicara.blogspot.com)


-----------------------------
Apa Sih Public Speaking Itu?
-----------------------------

Untuk beberapa alasan, ketika orang berpikir tentang public speaking, mereka membayangkan sebuah situasi di mana seseorang yang sangat terlatih sedang berbicara, menguasai forum, berbicara dengan dinamis dan menyampaikan berbagai hal yang berpotensi merubah hidup seseorang atau bahkan ribuan orang.

Dapatkah Anda membayangkan diri Anda sendiri dalam situasi seperti itu? Beberapa dari Anda mungkin berpikir, "Tentu! Saya sudah tidak sabar untuk itu. Itu sebabnya kini saya berdiri di sini, di depan semua orang." Beberapa yang lain dari Anda mungkin berpikir, "Nggak deh. Sampe kiamat juga nggak. Pokoknya Enggaaaaaak.”

Apapun reaksi Anda, Anda harus tahu bahwa memang hanya sedikit orang yang mau berhadapan dengan situasi di atas. Mengapa? Karena, selain untuk acara-acara yang khusus sifatnya, Anda memang merasa tidak membutuhkan model komunikasi yang demikian. Lantas, apa ini berarti bahwa Anda memang hanya punya sedikit kesempatan untuk berbicara di depan publik? Tidak.

Justru, faktanya Anda hampir selalu berbicara di depan publik. Mungkin Anda guru, mungkin Anda pejabat ketua RT, mungkin Anda di bagian marketing, mungkin Anda orang partai, atau mungkin Anda seorang demonstran. Hanya saja, Anda tidak menganggap semua itu sebagai public speaking.

Setiap kali Anda memberikan pengarahan, menjelaskan bagaimana harus mengerjakan sesuatu, menawarkan bantuan kepada orang lain, atau mendiskusikan pendapat dan pandangan Anda, Anda sebenarnya menggunakan elemen-elemen public speaking.

Anda adalah public speaker saat Anda mencoba meyakinkan tentang sesuatu kepada seorang teman, kawan sekelas, instruktur, teman kerja, atasan, bawahan, murid, anak, keponakan, istri, bahkan mertua. Anda adalah seorang public speaker saat Anda berbagi cerita dengan orang lain. Anda sedang mengimplementasikan keahlian public speaking saat Anda menawarkan ide ke tim kerja Anda atau saat Anda melaporkan situasi terakhir tentang suatu proyek. Semua situasi di atas menuntut Anda menggunakan keahlian
public speaking, yaitu mempraktekkan semua ini:

  • Mengorganisasikan ide-ide;
  • Menentukan konteks dan memperhitungkan audience;
  • Mengadaptasi pesan yang ingin disampaikan kepada dua hal di atas;
  • Memilih cara yang paling efektif untuk membagi jalan
    pikiran Anda kepada mereka;
  • Menyampaikan pesan Anda;
  • Dan kemudian menyimak reaksi mereka untuk mengetahui
    apakah mereka telah memahami Anda.

Anda harus terus berupaya untuk makin memahami betapa pentingnya keahlian public speaking untuk mengisi kehidupan pribadi, sosial, pendidikan, profesi, karir dan bisnis Anda.

-------------------------

Teknik Persuasi

-------------------------

Ada banyak metode yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan mempersuasi. Salah satunya adalah dengan pemilihan dan penggunaan kata-kata. Anda sedang berbicara kepada seseorang, kemudian lawan bicara Anda berulang-ulang mengatakan "Ya.. Saya tahu", "Ya Saya tahu itu", "Saya pernah diberitahu tentang itu". Begitu seterusnya. Apa yang terlintas di benak Anda? Apakah Anda beranggapan bahwa lawan bicara Anda adalah orang yang sok tahu? Apakah Anda menganggapnya memang tahu? Ataukah Anda tidak menganggapnya ada apa-apa di balik itu semua?

Sesungguhnya, ungkapan lawan bicara Anda itu, mewakili sebuah proses
berpikir tertentu. Apapun cara dan metode yang ia gunakan saat berbicara dengan Anda, baik disadarinya atau tidak, semua itu merupakan sebuah pola yang tertata dengan sangat rapi. Ia sedang mencerna berbagai pesan Anda dalam cara dan proses yang sangat unik. Apapun pesan Anda, akan bermuara pada suaranya yang mengatakan "tahu". Jika Anda berpikiran negatif, Anda tidak bisa memperoleh sesuatu yang lebih berarti dari sesi bicara Anda itu. Tapi jika Anda mau memanfaatkannya, Anda akan menuai kemampuan persuasi yang luar biasa! Bagaimana memanfaatkannya? Berikut ini adalah teknik persuasi yang sangat powerful, jika Anda berhasil melatihnya.


TEKNIK PRIMER: LEVELLING

Seperti telah diungkapkan di atas, suara "tahu" yang keluar dari mulut lawan bicara Anda, mewakili sebuah pola pikir yang mendominasi isi
kepalanya. Inilah yang bisa Anda manfaatkan untuk melakukan persuasi
kepadanya.

Jika Anda bisa mengatakan "Seperti yang Anda TAHU, bahwa...", maka
Anda akan melihat bagaimana lawan bicara Anda segera berada di bawah
pengaruh persuasi Anda. Ungkapan Anda yang juga membunyikan "tahu", Anda sadari atau tidak, merupakan bentuk levelling dengan cara berpikir lawan bicara Anda. Dan tahukah Anda? Levelling inilah yang menjadi kekuatan terbesar dalam proses persuasi. Langsung atau tidak, Anda telah menyesuaikan cara berpikir dengan cara berpikir lawan bicara Anda. Itulah titik kemenangan Anda.

Hal yang sama, bisa Anda lakukan dengan lawan bicara yang secara
konsisten menunjukkan gaya dan pola berpikirnya yang unik. Ada yang sering mengatakan "Ah masak sih?", dan untuk lawan bicara ini Anda bisa mengatakan "Percayakah Anda?".

Ada yang sering mengatakan "Denger-denger sih begitu", dan Anda bisa
mengatakan "Sekarang Anda bisa mendengar dari Saya."Bisakah Anda melatihnya untuk berbagai tipe audience? Silahkan coba, dan nikmatilah hasilnya. Makin Anda terlatih dan pandai, makin persuasiflah Anda sebagai pembicara.

KATEGORI DASAR KOMUNIKASI MANUSIA

Secara umum, setiap orang mencerna berbagai hal dalam tiga kategori dasar yaitu:

- Visual -> mengandalkan penglihatan;

- Auditory -> mengandalkan pendengaran;

- Kinestetik -> mengandalkan gerak fisik.

Pelajari ketiga hal ini, dan obervasilah lawan bicara Anda. Kemudian, manfaatkan karakteristiknya. Dan jika Anda beragama, alat Anda adalah penglihatan, pendengaran dan HATI. Tambahkan HATI ke dalam inventori karakteristik komunikasi manusia di atas.

TEKNIK SEKUNDER: GUNAKAN NAMA


Menyebutkan nama dalam sesi bicara, akan menjadikan sesi bicara Anda
sangat persuasif.

"Menurut Saya begini Pak Andi..."

"Mas Anto..., Saya punya usul..."

"Mbak Tita, Saya pernah mendengar kasus yang sama, ..."


Mengapa? Orang sangat senang mendengar namanya disebut-sebut. Tapi hati-hati, sebutlah namanya sesuai dengan yang diinginkannya. Jika perlu, tanyakan dahulu bagaimana ia ingin dipanggil. "Pak Mukhtarudin, eh maaf... boleh Saya panggil Pak Mukhtar saja?" Jangan lupa, gunakan sebutan namanya di waktu yang tepat. Anda mungkin berbicara dengan teman dan biasa memanggilnya "Hei Dod!", dan namanya memang Doddy. Tentu saja, Anda dilarang memanggilnya dengan nama itu saat menghadiri sesi bicara yang formal. Terlebih lagi, jika Pak Doddy itu adalah atasan Anda! Atau, Anda masih dimungkinkan memintanya, "Pak Doddy, boleh Saya panggil Mas Doddy saja di meeting ini?"

TEKNIK SEKUNDER: GUNAKAN KATA-KATA MOTIVASIONAL

Jangan gunakan "Coba pikir deh" karena itu malah meminta mereka melakukan sesuatu. Tapi, gunakan:

"Hari ini"

"Sekarang"

"Makanya, mikir!"


Dalam bahasa Inggris, para pakar bahkan mengembangkannya lebih jauh lagi. Dan kita yang berbahasa Indonesia hanya terbengong-bengong saja menyaksikan betapa powerfulnya bahasa yang sangat eksak seperti
Inggris atau Arab. Perhatikan ini:

"By now, you can see that we are selling a good house."

Apa yang terjadi? "By now" yang sangat sering diulang, lama-kelamaan akan dipersepsi oleh bawah sadar sebagai: "Buy now" !!


TEKNIK SEKUNDER: GUNAKAN KATA-KATA LAWAN BICARA


Jika lawan bicara sering menggunakan kata "efisiensi", gunakan kata itu untuk menaklukkan mereka. Jika mereka sering menggunakan kata "murah", jadikan itu sebagai alat persuasi. Jika mereka sangat sering mengatakan "lembut", manfaatkan itu sebagai penakluk. Persuasi akan menjadi lebih mudahdilakukan, jika Anda menggunakan bahasa yang sama dengan bahasa lawan bicara.

TEKNIK SEKUNDER: JADILAH BUNGLON


Gunakan kata dan bahasa yang mirip, menyerupai atau berimplikasi sama,
dengan kata dan bahasa yang digunakan oleh lawan bicara. Ini termasuk
ekssi mereka. Tertawalah jika mereka tertawa, dan bersedihlah jika mereka merana. Teknik ini biasa disebut dengan "mirroring" dan "matching". Sederhana,
tapi sangat powerful untuk persuasi. Apa yang penting, adalah melakukannya dengan tidak 'wagu' alias memunculkan berbagai kejanggalan. Untuk itu, Anda memang perlu latihan.


TEKNIK SEKUNDER: GUNAKAN INFLEKSI


Infleksi adalah penekanan kata. SAYA nggak janji deh kalo harganya segitu. (Orang lain mungkin bisa)


Saya NGGAK janji deh kalo harganya segitu. (Pokoknya nggak)

Saya nggak JANJI deh kalo harganya segitu. (Tapi mungkin masih bisa segitu)

Saya nggak janji deh KALO harganya segitu. (Kalo harga lain mungkin)

Saya nggak janji deh kalo HARGANYA segitu. (Barang yang lain mungkin bisa segitu)

(-Contoh dari Increase Brain Power-)


TARGET PERSUASI: POSISI MEMIMPIN


Jika Anda telah menerapkan teknik-teknik di atas, dan Anda bisa merasakan adanya sinyal dan tanda keberhasilan, maka Anda telah memimpin. Selanjutnya, Anda bisa merubah sesuatu untuk mengujinya. Misalnya,
Anda bisa melakukan atau merubah posisi tubuh atau intonasi suara.
Apakah lawan bicara mengikutinya?

Jika Ya, maka Anda telah benar-benar memimpin! Selanjutnya terserah Anda. Anda, bahkan sudah bisa meminta lawan bicara Anda untuk tengkurap di lantai jika Anda mau.


-----------
Tips Aa Gym

-----------

  1. Menahan diri saat berhadapan dengan orang yang marah;
  2. Tujuan perkataan dan apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan;
  3. Berbicara di saat yang tepat;
  4. Pilihlah kata-kata terbaik, saat terbaik, waktu terbaik dan tempat terbaik;
  5. Sebelum berkata-kata, kata-kata adalah tawanan kita.
  6. Setelah itu, sebaliknya;
  7. Bertanya pada diri sendiri, haruskah saya berbicara?
  8. Kata-kata paling bernilai hanya ada dalam empat kasus yaitu:

· Jika mendapat nikmat, bersyukur;

· Jika mendapat musibah, bersabar;

· Jika mendapat taufik, mengakui bahwa semua itu hanya karena berkat dan karunia-Nya;

· Jika tergelincir melakukan dosa, meminta ampun kepada-Nya.

  1. Tidak sembarang berbunyi;
  2. Percayalah, diam itu emas;
  3. Perhatikan dengan siapa kita berbicara.


DOSAKAH NABI ADAM ?

DOSAKAH NABI ADAM ?

SURAT AL BAQARAH AYAT 36

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Allah berfirman yang artinya :

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,

dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi,

dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

(QS. Albaqarah : 36)

A. TAFSIR AYAT

(Maka syaitan menggelincirkan Adam dan Hawa) yaitu Iblis menyuruh mereka berdua pergi. Dalam satu bacaan lain Faazallahumaa” artinya menyingkirkan mereka berdua. (darinya) artinya dari surga dengan cara, Iblis berkata kepada mereka berdua 'Apakah aku akan tunjukkan kalian berdua kepada pohon kekekalan', dan Iblis bersumpah dengan nama Allah bahwa ia adalah termasuk orang-orang yang memberi nasihat. Lantas keduanya memakannya. (maka dia berdua dikeluarkan dari apa yang dulu mereka dapat) berupa kenikmatan (dan Kami berfirman 'Turunlah') ke bumi. Artinya kalian berdua bersama apa yang kalian liputi dari keturunan kalian (sebagian kalian) sebagian keturunan (menjadi musuh bagi sebagian yang lain) dari sebagian kalian mendholimi sebagian yang lain (bagi kalian tempat menetap di bumi) tempat menetap (dan kesenangan) yaitu apa yang kalian buat bersenang-senang berupa tumbuh-tumbuhannya (sampai suatu saat) artinya waktu habisnya ajal kalian.

B. KANDUNGAN AYAT

Diantara sifat-sifat yang wajib bagi para nabi dan rasul adalah bahwa mereka terjaga dari perbuatan dosa (maksum) sama seperti malaikat, bahkan para nabi dan rasul lebih unggul dari pada malaikat. Syekh Ahmad Al Marzuqi dalam kitab 'Aqidatul Awwam mengatakan :

“Ishmaatuhum kasaairil malaaikah # Waajibatun wafaadlolu malaaikah”

'Terjaganya mereka para nabi (dari perbuatan dosa) seperti seluruh malaikat, adalah wajib bahkan mereka melebihi para malaikat'

Barang siapa yang menyatakan bahwa para nabi dan rasul juga pernah berbuat dosa karena mereka manusia, maka orang tersebut akan masuk para perangkap kemurtadan. Walaupun ada beberapa rasul yang mungkin bisa dianggap telah berbuat dosa, seperti nabi Adam, nabi Nuh, nabi Ibrahim, dan lainnya. Tapi anggapan itu adalah salah dan harus dibuang dari pemikiran kita. Na'udzubillah min dzalik.

Ayat di atas menunjukkan secara tekstual kepada kita bahwa syaitan berhasil membujuk nabi Adam untuk memakan buah 'khuldi' yang dilarang Allah. Sehingga nabi Adam diturunkan oleh Allah dari surga. Benarkah demikian ? Bukankah nabi itu maksum ? Itulah kia-kira pertanyaan yang lansung timbul pada diri setiap orang Islam jika membaca ayat tersebut.


Ada 3 hal yang perlu diperhatikan di dalam menyikapi hal ini, yaitu :

1. Di dalam tafsir Ash Showi disebutkan bahwa pelanggaran yang dilakukan nabi Adam tidaklah seperti pelanggaran-pelanggaran pada umumnya, tetapi termasuk bab :

“Hasanaatul Abroor sayyiaatul muqorrobiin” (kebaikan orang-orang yang baik adalah kejelekan orang-orang yang dekat dengan Allah). Dan yang benar adalah bahwa hal itu termasuk rahasia kekuasaan Allah. Hal itu memang secara dhohir dilarang, namun secara bathin tidak. Sebab mulai dari sebelum penciptaan dimana Allah berfirman kepada malaikat tentang iradahNya sampai terjadinya hal itu (nabi Adam memakan dari pohon kekekalan) adalah bersifat paksaan dari Allah, karena Allah Maha Mengetahui apa yang terjadi bahwa kemaslahatan tersusun dari terjadinya makan tersebut. Dinamakan pelanggaran sebab melihat kepada larangan secara dhohir, namun pada hakikatnya tidak terjadi pelanggaran. Ibnu Al Arabi berkata : 'Andaikata aku berada pada kedudukan nabi Adam pasti aku akan memakan pohon itu dengan sempurna, karena terdapat kebaikan yang besar yang tersusun dari memakannya'.

2. Dalam ayat 115 surat Thaha Allah berfirman yang artinya:

'Dan sungguh Kami telah mengamanatkan kepada Adam (agar tidak mendekati pohon) sebelumnya, lantas dia (Adam) lupa. Dan Kami tidak mendapati pada diri Adam keinginan (menekatinya bahkan memakannya). (QS. Thaha : 115)

Pada ayat tersebut Allah dengan tegas menyatakan bahwa sebenarnya sebelum nabi Adam memakan pohon itu, beliau dilupakan oleh Allah. Sehingga beliau memakan pohon itu dalam keadaan lupa. Dan menurut hukum Allah bahwa orang yang melakukan sesuatu dalam keadaan lupa, perbuatannya tidak akan ditulis, artinya tidak ada hukum baginya. Begitu juga apa yang terjadi pada nabi Adam. Bahkan Allah juga memuji beliau bahwa pada diri nabi Adam tidak ada keinginan untuk melakukan hal terebut.

3. Hikmah dari kejadian itu adalah adanya (terciptanya) manusia seluruhnya, sebab nabi Adam adalah menusia pertama dan manusia selanjutnya adalah keturunan nabi Adam. Andaikata nabi Adam tidak turun dari surga pastilah kita semua tidak ada, dan kehidupan manusia juga tidak akan terjadi.

C. KESIMPULAN

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa apa yang dilakukan nabi Adam bukan suatu pelanggaran, sebab beliau terjaga dari dosa. Dan hal itu merupakan runtutan yang telah disusun Allah.

---------- Wallahu A'lam. -----------

BAHAN PUSTAKA :

1. Tafsir Jalalain, Imam Jalaluddin As Suyuthi dan Imam Jalaluddin Al Mahalli

2. Tafsir Ash Showi, Imam Ahmad Ash Showi

3. Shofwah At Tafasir, Asy Syekh Ali Ash Shobuni

4. Jalaul Afham, Al Ustadz Ihya' Ulumuddin